Gentlement vs Jerk

Saya menatap matanya dalam-dalam. Kebahagiaan terpancar jelas di sana. Bahkan saya dapat merasakan aura jatuh cinta dari wajah manisnya yang semakin bersinar. Setiap berbicara tentang laki-laki itu matanya berbinar indah, senyum selalu menghias bibir tipisnya. Dia bahagia..

"Tapi mbak Risty nggak setuju aku suka sama dia, mbak.." ujarnya kepada Miss Judes.
"Kenapa, Ris? PK ya" tanya Miss Judes, si to-the-point-males-basa-basi.
"Mmm.. Gitu deh, mbak.. Track recordnya nggak bagus.." jawab saya ragu-ragu, tidak siap memainkan peran antagonis.
"Iya sih, keliatan kalo player abis.." kata Miss High Society tentang laki-laki yang dijatuhi cintanya.

Setelah itu obrolan tentang laki-laki itu terus berlanjut. Saya sesekali menimpali. Tapi sepanjang perjalanan, saya sibuk dengan pikiran saya sendiri. Yah, 'track record yang nggak bagus' sepertinya masih belum cukup untuk menggambarkan laki-laki itu.

"g-e-n-t-l-e-m-e-n-t is more difficult to spell than j-e-r-k because it's more difficult to be one"

Laki-laki yang berpacaran dengan seorang perempuan tapi mengaku masih single lalu tetap tebar pesona kemana-mana dan memberi harapan ke perempuan lain dengan sadar mungkin lebih layak disebut jerk. And i'm quite sure he can only spell j-e-r-k. *sinis mode: on*

Karena suatu alasan, saat itu saya masih belum bisa memberitahukan penyebab ketidaksetujuan saya kepada Miss High Society. Toh, posisi saya yang hanya orang luar dalam hubungan cinta -yang sebenarnya segitiga- itu tidak memungkinkan untuk ikut campur terlalu jauh. Tapi kalau situasinya memungkinkan atau hubungan ini berkembang menjadi semakin buruk bukan tidak mungkin saya akan bercerita.

Tapi entah kenapa bagi perempuan-perempuan single (seperti Miss High Society dan teman-teman lain, dan mungkin.. saya sendiri?), laki-laki yang tidak ingin berkomitmen, yang sudah punya pacar, yang akan atau sudah menikah biasanya memiliki daya tarik yang lebih tinggi dibanding laki-laki single yang baik-baik. Apa hukum yang sama juga berlaku untuk laki-laki kepada perempuan ya?

Accidental Hero





Hero (1992)

Pemeran:
Dustin Hoffman: Bernie Laplante
Andy Garcia : John Bubber
Geena Davis : Gale Gayley
Joan Cusack : Evelyn Laplante

Sutradara: Stephen Frears

Saya lupa kapan persisnya nonton film ini. Pastinya di salah satu malam saat insomnia saya kumat. Karena saya ingat jam 1 dini hari mata ini masih cukup segar untuk tetap terbuka, menikmati jalan ceritanya.

Cerita tentang Bernie LaPlante, laki-laki yang dinilai kurang bertanggung jawab dan egois oleh Evelyn, si istri. Mereka tidak lagi tinggal serumah. Evelyn mendapat hak asuh atas anak laki-laki mereka satu-satunya. Sementara Bernie berprofesi sebagai pencuri dan hidup sendiri. Lepas dari hubungannya yang buruk dengan Evelyn, Bernie sangat menyayangi anak semata wayangnya.

Suatu malam dalam perjalanan bertemu anaknya, Bernie menjadi saksi kecelakaan pesawat no 104 yang jatuh di sungai. Ia yang saat itu sedang diburu waktu karena ingin segera bertemu anaknya, akhirnya menyempatkan diri menolong para korban dan melepaskan sepasang sepatu seharga $100 miliknya. Dengan wajah tertutup lumpur dan kondisi yang gelap gulita, Bernie berusaha menyelamatkan seluruh korban, salah satunya Gale, seorang reporter. Setelah itu Bernie segera pergi, tanpa memperkenalkan diri ataupun memberi keterangan kepada polisi yang baru saja tiba di TKP.

Bernie yang kehilangan salah satu sepatunya di TKP tiba di rumah Evelyn dengan wajah kotor. Meskipun ia menjelaskan penyebab keterlambatannya, Evelyn tetap tak percaya dan melarangnya bertemu anak mereka. Tanpa sepengetahuan si istri, Bernie bertemu dengan anak mereka dan menceritakan kejadian sebenarnya.

Dalam perjalanan pulang, Bernie bertemu dan menumpang mobil John Bubber, seorang tuna wisma. Bernie bercerita tentang kecelakaan pesawat yang baru ia saksikan, tentang keadaan keluarganya dan dengan kesal melemparkan sebelah sepatu yang ia miliki ke dalam mobil John.

Cerita semakin menarik ketika Gale si reporter sangat terkesan dengan sosok pahlawan dalam kecelakaan pesawat tersebut. Karena tidak memiliki petunjuk mengenai siapa penyelamatnya, Gale membuat acara pencarian 'Angel of Flight 104' di TV dengan hanya bermodalkan sebelah sepatu si penyelamat. Singkat cerita, John Bubber datang dengan membawa sebelah sepatunya. Di sini saya tertawa, sangat Mr. Cinderella sekali ya...

John Bubber segera saja menjadi idola baru. Gale yang sebelumnya sangat percaya bahwa si 'Angel of Flight 104' ini adalah seorang yang berhati lembut seolah mendapat pembenaran dan pelan-pelan mulai jatuh cinta. Bubber sendiri pada dasarnya memang baik dan mudah bersimpati pada orang-orang yang mengalami kesulitan pun terpaksa terjun semakin dalam di peran barunya. Namun, hati kecilnya merasa dia tidak layak mendapat mendapatkan semua ini karena memang ia sendiri bukanlah pahlawan yang dimaksud.

Sementara Bernie yang awalnya tidak peduli dengan tindakan mulianya, mulai tergoda saat mengetahui bahwa si 'Angel of Flight 104' ini akan menerima hadiah berupa uang yang jumlahnya cukup besar. Sadar bahwa ia tak mungkin tiba-tiba muncul di hadapan publik dan mengakui bahwa ialah si 'Hero', Bernie memilih untuk mengejar John Hobber.

Endingnya mungkin bisa ditebak. Tapi bagi saya, film ini jadi menarik karena konflik dan dinamika psikologis dari kedua tokoh utamanya. Bernie Laplante, si tokoh jahat yang dalam suatu situasi memutuskan berbuat baik dan sebaliknya, John Bubber, si lembut yang kemudian berbuat jahat dalam arti melakukan kebohongan publik. Ironis...

Saya percaya ada sisi baik dan buruk dalam diri setiap orang. Ingin hidup tenang dan damai, tapi ada kalanya muncul keinginan menyerang. Di satu sisi ingin berguna bagi orang lain, tapi di saat yang sama mengedepankan kepentingan diri sendiri. Melakukan kebaikan sebagai kompensasi atas kesalahan yang pernah kita lakukan sebelumnya.

Memang tidak ada orang yang sepenuhnya putih dan tidak ada yang sepenuhnya hitam. Perilaku yang muncul sepatutnya tidak menjadi satu-satunya penilaian. Ada alasan yang melatarbelakangi keputusan seseorang untuk melakukan kebaikan atau kejahatan, ataupun tidak melakukannya. Tapi satu hal, hati nurani jelas tidak mungkin berbohong. Seorang perampok, seberapapun kuatnya memberikan alasan bahwa tindakannya dilakukan atas dasar ekonomi, pasti menyadari bahwa tindakannya salah.

Hhmmm... postingan yang nggak jelas. Sepertinya efek belum sarapan bikin saya ngelantur, ngomong pun jadi abstrak gini..

Did you know?

Film ini juga dikenal dengan judul Accidental Hero, yang menurut pendapat saya, justru lebih sesuai dengan alur cerita.

Lagu 'Hero' Mariah Carey, sebenarnya dibuat untuk theme song film ini. Tapi akhirnya dibatalkan dan terpilihlah lagu 'Heart of a Hero' dari Luther Vandross sebagai theme song-nya.

Kucing Kecil

Kucing kecil itu berdiri termangu. Matanya menatap pintu yang berada tepat di seberang ruangannya. Pintu itu terbuka begitu lebar dan dari baliknya terdengar suara riuh rendah. Ia tersenyum membayangkan apa yang terjadi di dalam ruangan itu. Ia tahu pasti apa yang ada di baliknya. Sangat tahu.

Ruangan itu. Ruangan berwarna broken white dengan nuansa hijau di sana sini. Ia pernah berada di sana cukup lama sehingga mengenal dekat penghuninya. Paman beruang yang lucu dan baik hati, paman singa yang ramah tapi tegas. Ada juga teman-temannya, beberapa kucing kecil yang senang berlari-lari menjelajah ruangan, dengan jahilnya mengganggu kakak-kakak rusa yang sedang makan, namun bisa duduk tenang mendengarkan dongeng ibu panda sebelum tertidur.

Di ruangan itu ia pernah menangis karena terjatuh, tapi juga pernah merasakan kebanggaan luar biasa saat berhasil mengerjakan tugas yang diberikan paman beruang. Kebingungan yang dirasakan di masa awal berada di sana, setara dengan kepuasan yang didapat saat mengetahui hasil kerjanya dihargai dan dapat bermanfaat untuk penghuni lain. Pertengkaran datang silih berganti dengan canda dan ledekan akrab. Ia sudah tahu bagaimana karakter setiap penghuninya. Menghadapi kucing kelabu, teman akrabnya, tentu berbeda dengan menghadapi kelinci yang suka berdebat. Berbincang dengan paman beruang yang santai juga pasti berbeda dengan ibu panda yang mudah marah.

Ia rindu berada di tengah mereka.

Dan ternyata mereka pun rindu padanya.
Kemarin paman beruang datang, bertanya apakah ia mau kembali ke ruangan bernuansa hijau itu. Mengerjakan hal lain yang sangat ia sukai. Hal yang ia impikan sejak dulu.

Kucing kecil tentu saja senang dengan tawaran itu. Kembali bermain dengan paman beruang, kucing kelabu, bahkan ibu panda? Hmmm... Sayang sekali jika ditolak..

Lalu kucing kecil menoleh, memperhatikan ruangan tempatnya berada saat ini. Tidak sebesar ruangan di seberang memang. Penghuninya pun masih sedikit. Tapi di sini, ia bisa bebas melakukan banyak hal yang menyenangkan. Bermain gulungan wol, menggangu kumpulan burung pipit yang sedang asyik mengobrol, berjemur di hangatnya sinar matahari sambil bercanda dengan ikan kecil di kolam.

Di sini belum ada aturan baku. Semua penghuni bebas melakukan apa saja. Memang menyenangkan, tapi sering kali jadi mengganggu. Dan ia diminta oleh paman singa untuk menerapkan aturan untuk membuat ruangan ini, paling tidak, sedikit lebih tertib.

Kucing kecil yang sebelumnya masih terkaget-kaget dengan keadaan ruangan ini, tentu saja jadi semakin terkejut. Ia tidak menyangka tanggung jawabnya sedemikian besar. Dan ia sempat ragu, apakah ia mampu mengemban tugas itu dengan baik. Untung saja ada paman gajah yang selalu mendampinginya. Ia selalu mendukung setiap keputusan yang diambil oleh kucing kecil.

Tapi, kucing kecil merasa kesepian. Ia satu-satunya kucing di sana. Sendiri. Tak ada teman bermain gulungan wol, tak ada teman berdiskusi apakah sebaiknya mencari pelatih vokal untuk burung-burung pipit atau melatihnya sendiri. Ia kesepian dan kebingungan.

Kucing kecil menatap pintu di seberang ruangan itu lagi.
Hei... Sejak kapan ada paman beruang di sana? Melambaikan tangan, memanggil kucing kecil. Dari sorot matanya, kucing kecil tahu paman beruang menunggu jawaban. Kucing kecil balas melambaikan tangan. Tak lama si kelinci, lawan bertengkarnya di ruangan itu muncul. Disusul kakak rusa dengan tanduknya yang cantik. Lalu kucing kelabu, waaahh gemuk sekali dia sekarang... Mereka semua memanggil-manggil kucing kecil, mengajaknya kembali ke ruangan itu.

Kucing kecil bingung.
Masih diingat dengan jelas alasannya pergi dari ruangan bernuansa hijau itu. Iklim di sana dirasakan sudah tak sehat untuknya. Dingin, tak nyaman. Kucing kecil tahu, banyak penghuni yang sudah tidak kuat berada di sana. Dan setelah ia pergi, banyak yang kemudian menyusul. Sampai sekarang pun ia tahu, masih banyak yang memaksakan diri menahan dingin, demi menunggu saat yang tepat untuk pergi dari sana. Dari ruangan dingin yang membuatnya menggigil.

Kerinduan terhadap teman-temannya di ruangan bernuansa hijau itu, akankah mampu membuatnya kembali ke sana? Kehangatan teman-temannya, akankah mampu melawan rasa dingin yang selalu dirasakannya? Pekerjaan yang ditawarkan oleh paman beruang, akankah mampu membuatnya bertahan di sana?

Kucing kecil bingung.
Ia menatap teman-teman di ruangan tempatnya berada. Di sini pun banyak yang merasa tak nyaman. Entah apa yang membuat mereka bertahan. Kucing kecil belum cukup lama berada di sini, belum tahu apa yang ada di pikiran mereka. Mereka belum bercerita banyak tentang ruangan ini.

Kucing kecil bingung.
Apalagi dilihatnya pintu cokelat di sebelah ruangan bernuansa hijau perlahan terbuka. Ibu kancil ada di sana, tersenyum padanya. Mempersilahkan kucing kecil mampir atau sekedar melihat-lihat ruangannya. Siapa tahu tertarik, katanya. Kucing kecil pernah mendengar apa yang ada di balik pintu cokelat itu. Tempat yang menyenangkan, penuh mainan, karena penghuninya bayi-bayi binatang. Kucing kecil membayangkan tugas apa yang akan dihadapinya di sana. Bermain dengan bayi, setiap hari. Alangkah menyenangkan...

Tolong... Kucing kecil semakin bingung...
Semakin banyak pilihan, semakin pusing jadinya.

Kucing kecil menatap ke atas, menembus langit-langit ruangannya, menembus atap gedung, menembus awan. Kucing kecil mencari Pemilik Segala Jawaban, ingin bertanya apa rencana yang Ia buat untuknya? Ruangan mana yang harus ia masuki? Tugas apa yang sebaiknya ia kerjakan supaya menjadi kucing yang tidak hanya lebih besar dari segi fisik, tapi juga dari segi kemampuan?

"Wahai Pemilik Segala Jawaban, tolong tunjukkan jalan terbaik untukku..."

In the Arms of the Angel


Angel - Sarah McLachlan


Spend all your time waiting

For that second chance

For a break that would make it okay

There’s always one reason

To feel not good enough

And it’s hard at the end of the day

I need some distraction

Oh beautiful release

Memory seeps from my veins

Let me be empty

And weightless and maybe

I’ll find some peace tonight

In the arms of an angel

Fly away from here

From this dark cold hotel room

And the endlessness that you fear

You are pulled from the wreckage

Of your silent reverie

You’re in the arms of the angel

May you find some comfort there

So tired of the straight line

And everywhere you turn

There’s vultures and thieves at your back

And the storm keeps on twisting

You keep on building the lie

That you make up for all that you lack

It don’t make no difference

Escaping one last time

It’s easier to believe in this sweet madness oh

This glorious sadness that brings me to my knees

In the arms of an angel

Fly away from here

From this dark cold hotel room

And the endlessness that you fear

You are pulled from the wreckage

Of your silent reverie

You’re in the arms of the angel

May you find some comfort there

You’re in the arms of the angel

May you find some comfort here

Ketularan suka lagu ini karena si om yang satu ini.

"May you find some comfort with me" (ciyeeeehh...)