Kucing Kecil

Kucing kecil itu berdiri termangu. Matanya menatap pintu yang berada tepat di seberang ruangannya. Pintu itu terbuka begitu lebar dan dari baliknya terdengar suara riuh rendah. Ia tersenyum membayangkan apa yang terjadi di dalam ruangan itu. Ia tahu pasti apa yang ada di baliknya. Sangat tahu.

Ruangan itu. Ruangan berwarna broken white dengan nuansa hijau di sana sini. Ia pernah berada di sana cukup lama sehingga mengenal dekat penghuninya. Paman beruang yang lucu dan baik hati, paman singa yang ramah tapi tegas. Ada juga teman-temannya, beberapa kucing kecil yang senang berlari-lari menjelajah ruangan, dengan jahilnya mengganggu kakak-kakak rusa yang sedang makan, namun bisa duduk tenang mendengarkan dongeng ibu panda sebelum tertidur.

Di ruangan itu ia pernah menangis karena terjatuh, tapi juga pernah merasakan kebanggaan luar biasa saat berhasil mengerjakan tugas yang diberikan paman beruang. Kebingungan yang dirasakan di masa awal berada di sana, setara dengan kepuasan yang didapat saat mengetahui hasil kerjanya dihargai dan dapat bermanfaat untuk penghuni lain. Pertengkaran datang silih berganti dengan canda dan ledekan akrab. Ia sudah tahu bagaimana karakter setiap penghuninya. Menghadapi kucing kelabu, teman akrabnya, tentu berbeda dengan menghadapi kelinci yang suka berdebat. Berbincang dengan paman beruang yang santai juga pasti berbeda dengan ibu panda yang mudah marah.

Ia rindu berada di tengah mereka.

Dan ternyata mereka pun rindu padanya.
Kemarin paman beruang datang, bertanya apakah ia mau kembali ke ruangan bernuansa hijau itu. Mengerjakan hal lain yang sangat ia sukai. Hal yang ia impikan sejak dulu.

Kucing kecil tentu saja senang dengan tawaran itu. Kembali bermain dengan paman beruang, kucing kelabu, bahkan ibu panda? Hmmm... Sayang sekali jika ditolak..

Lalu kucing kecil menoleh, memperhatikan ruangan tempatnya berada saat ini. Tidak sebesar ruangan di seberang memang. Penghuninya pun masih sedikit. Tapi di sini, ia bisa bebas melakukan banyak hal yang menyenangkan. Bermain gulungan wol, menggangu kumpulan burung pipit yang sedang asyik mengobrol, berjemur di hangatnya sinar matahari sambil bercanda dengan ikan kecil di kolam.

Di sini belum ada aturan baku. Semua penghuni bebas melakukan apa saja. Memang menyenangkan, tapi sering kali jadi mengganggu. Dan ia diminta oleh paman singa untuk menerapkan aturan untuk membuat ruangan ini, paling tidak, sedikit lebih tertib.

Kucing kecil yang sebelumnya masih terkaget-kaget dengan keadaan ruangan ini, tentu saja jadi semakin terkejut. Ia tidak menyangka tanggung jawabnya sedemikian besar. Dan ia sempat ragu, apakah ia mampu mengemban tugas itu dengan baik. Untung saja ada paman gajah yang selalu mendampinginya. Ia selalu mendukung setiap keputusan yang diambil oleh kucing kecil.

Tapi, kucing kecil merasa kesepian. Ia satu-satunya kucing di sana. Sendiri. Tak ada teman bermain gulungan wol, tak ada teman berdiskusi apakah sebaiknya mencari pelatih vokal untuk burung-burung pipit atau melatihnya sendiri. Ia kesepian dan kebingungan.

Kucing kecil menatap pintu di seberang ruangan itu lagi.
Hei... Sejak kapan ada paman beruang di sana? Melambaikan tangan, memanggil kucing kecil. Dari sorot matanya, kucing kecil tahu paman beruang menunggu jawaban. Kucing kecil balas melambaikan tangan. Tak lama si kelinci, lawan bertengkarnya di ruangan itu muncul. Disusul kakak rusa dengan tanduknya yang cantik. Lalu kucing kelabu, waaahh gemuk sekali dia sekarang... Mereka semua memanggil-manggil kucing kecil, mengajaknya kembali ke ruangan itu.

Kucing kecil bingung.
Masih diingat dengan jelas alasannya pergi dari ruangan bernuansa hijau itu. Iklim di sana dirasakan sudah tak sehat untuknya. Dingin, tak nyaman. Kucing kecil tahu, banyak penghuni yang sudah tidak kuat berada di sana. Dan setelah ia pergi, banyak yang kemudian menyusul. Sampai sekarang pun ia tahu, masih banyak yang memaksakan diri menahan dingin, demi menunggu saat yang tepat untuk pergi dari sana. Dari ruangan dingin yang membuatnya menggigil.

Kerinduan terhadap teman-temannya di ruangan bernuansa hijau itu, akankah mampu membuatnya kembali ke sana? Kehangatan teman-temannya, akankah mampu melawan rasa dingin yang selalu dirasakannya? Pekerjaan yang ditawarkan oleh paman beruang, akankah mampu membuatnya bertahan di sana?

Kucing kecil bingung.
Ia menatap teman-teman di ruangan tempatnya berada. Di sini pun banyak yang merasa tak nyaman. Entah apa yang membuat mereka bertahan. Kucing kecil belum cukup lama berada di sini, belum tahu apa yang ada di pikiran mereka. Mereka belum bercerita banyak tentang ruangan ini.

Kucing kecil bingung.
Apalagi dilihatnya pintu cokelat di sebelah ruangan bernuansa hijau perlahan terbuka. Ibu kancil ada di sana, tersenyum padanya. Mempersilahkan kucing kecil mampir atau sekedar melihat-lihat ruangannya. Siapa tahu tertarik, katanya. Kucing kecil pernah mendengar apa yang ada di balik pintu cokelat itu. Tempat yang menyenangkan, penuh mainan, karena penghuninya bayi-bayi binatang. Kucing kecil membayangkan tugas apa yang akan dihadapinya di sana. Bermain dengan bayi, setiap hari. Alangkah menyenangkan...

Tolong... Kucing kecil semakin bingung...
Semakin banyak pilihan, semakin pusing jadinya.

Kucing kecil menatap ke atas, menembus langit-langit ruangannya, menembus atap gedung, menembus awan. Kucing kecil mencari Pemilik Segala Jawaban, ingin bertanya apa rencana yang Ia buat untuknya? Ruangan mana yang harus ia masuki? Tugas apa yang sebaiknya ia kerjakan supaya menjadi kucing yang tidak hanya lebih besar dari segi fisik, tapi juga dari segi kemampuan?

"Wahai Pemilik Segala Jawaban, tolong tunjukkan jalan terbaik untukku..."

5 komentar:

Risty, rumput tetangga memang akan selalu tampak lebih hijau, apalagi jika kita sedang galau di rumah sendiri. Coba tanyakan lagi pada dirimu...apa yang kamu cari ? setiap kali sedang gundah gulana...

Mungkin udah saatnya pindah ke rumah tetangga ya, Deb... Sapa tau nanti rumput di rumah sendiri jadi keliatan lebih hijau. Hehehe..

Untuk tahu, rumput di rumah kita hijau atau nggak, memang perlu pergi sejenak ke rumah tetangga, ris...jalan-jalan lah! Tapi, gawatnya...mana ada tetangga yang mengijinkan rumahnya hanya disinggahi sementara ?

tp, da jG Lo Trngga yg gk mo Rmh na di singgahi Lm2

@ DeBoeng & Cie...
kalo aku jd yg punya rumah, sebentar atau lamanya mungkin ga masalah, yang penting oleh-oleh buat yg punya rumah. hehehe...

Posting Komentar